Evolusi Sosial Herbert Spencer
A. PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah
Dalam
mempelajari perkembangan paradigma dan teori perubahan sosial, kita
tidak bisa terlepas dari hasil-hasil pemikiran tokoh sosiologi di masa
lalu. Hal ini dikarenakan, teori-teori sosial yang sekarang kita
pelajari dan gunakan untuk membaca fenomena sosial yang terjadi
seringkali menggunakan hasil pemikiran tokoh masa lalu bersangkutan,
atau perkembangan dari teori yang perah mereka kembangkan.
Selanjutnya,
dalam mempelajari hasil pmikirn seorang tokoh, kit tidak bisa begitu
saja melepaskan diri dari pembahasan tentang tokoh bersangkutan. Hal ini
bisa dimengerti, karena bagaimana proses dan hasil pemikiran tidak bisa
terlepas dari latar belakang pemikir, lingkungan tempat dia hidup,
serta masalah-masalah apa saja yang pernah dihadapinya, yang seringkali
menimbulkan perkembangan dalam teori sosial yang digagasnya.
Berdasarkan
beberapa alasan di atas, dalam makalah ini penyusun akan membaas
tentang Herbert Spencer. Salah satu tokoh sosiologi yang hingga saat ini
teoriny banyak diperbincangkan sebagai teori perubahan sosial.
b. Rumusan masalah
Dari paparan dalam latar belakang di atas, dalam makalah ini peyusun akan membahas permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan Herbert Spencer?
2. Bagaimana perkembangan pemikiran Herbert Spencer?
3. Bagaimanakah sangkalan-sangkalan yang muncul terhadap pemikiran Herbert Spencer?
B. PEMBAHASAN
a. Biografi Herbert Spencer
Herbert
Spencer adalah seorang Tokoh Sosiologi yang lahir di Derbyshire,
Inggris pada tanggal 27 April 1820, satu dari sembilan bersaudara.
Namun, selanjutnya dia menjadi anak tunggal karena hanya dia yang mampu
bertahan hidup dari sekian anak pasangan William dan Haerriet Spencer.
Kemudian, karena alasan kesehatan Spencer kecil menjalani pendidikan di
rumah. Dia tidak mempelajari seni dan humaniora, melainkan teknik dan
utilitarian.[1]
Kematian
saudara-saudara Spencer dan juga gangguan kesehatan yang dideritanya
saat itu, antara lain akibat pengaruh dari revolusi Inggris yang terjadi
saat itu (abad ke-19) di mana pabrik-pabrik dengan limbahnya yang
berbahaya, berhimpitan letaknya dengan pemukiman. Sehingga polusi limbah
pabrik mejadi konsumsi sehari-hari warga.
Kemudian
dalam usianya yang ke-17, Spencer mulai bekerja sebagai insinyur sipil
di perusahaan kereta api London dan Birmingham. Karirnya terbilang
bagus, hingga dia dipercaya menjadi kepala bagian mesin di perusahaan
tersebut. Pekerjaan ini dijalaninya sampai tahun 1846. Pada periode ini
pula Spencer melanjutkan pendidikan dengan biaya sendiri.
Pada tahun 1948, Spencer ditunjuk menjadi editor di majalah The Economist yang semakin mengentalkan gagasan-gagasannya, sehingga dua tahun kemudian ia menyelesaikan karya pertamanya, Social Statics.
Selama menulis karya ini, Spencer mulai mengalami insomnia, dan setelah
beberapa tahun berselang masalah mental dan fisiknya memuncak. Ia
menderita serangkaian kerusakan saraf sepanjang hidupnya.
Pada
tahun 1853, Spencer menerima banyak warisan dari pamannya, Thomas
Spencer. Di mana dengan warisan itu Spencer memutuskan untuk berhenti
bekerja dan menjadi ilmuwan yang bermartabat. Pada masa-masa ini,
Spencer sangat produktif dalam segi intelektual, meskipun sakit mental
dan fisiknya makin parah, serta makin terisolasi.
Produktifitas
Spencer tidak hanya karena dia rajin membaca, tapi juga karena dia
rajin mengumpulkan fakta-fakta mengenai masyarakat di manapun di dunia
ini, serta menyusun klasifikasinya.
Karya Herbert Spencer antara lain: Social
Statics, Principles of Sociology, Principles of Psychology, Principles
of Biology, First Principles, The Study of Sociology, Descriptive
Sociology, dan Principle of Ethics. Yang ditulis pada kurun 1850-1877.[2]
Selain itu, Spencer juga mengembangkan sistem filsafat dengan aspek
utiliter dan evolusioner. Spencer membangun utiliterisme Jeremy Bentham
yang mempelopori aliran gerakan reformasi. Jeremy Bentham berpendapat
bahwa logika ilmiah harus didasarkan pada pengetahuan yang cukup
mengenai kondisi sosial yang aktual.[3]
Spencer jugalah yang pertama kali memperkenalkan konsep survival of the fittest atau yang bisa beradaptasilah yang akan menang dalam bukunya Social Statics
pada tahun 1850. Prinsip ini disebut prinsip Evolusi Sosial. Dan
sembilan tahun kemudian, Charles Darwin mengemukakan prinsip yang sama
dalam diskursus pembahasan evolusi organisme. Dalam hal ini, Spencer dan
Darwin berpendapat bahwa serangkain perubahan (baik sosial maupun
organisme) yang berlangsung dalam waktu lama, yang berasal dari kelompok
suku yang masih sederhana dan homogen, kemudian berkembang menjadi
kelompok yang lebih maju, kompleks, dan terpadu.[4]
Dengan
kelebihan sebagai pemikir luar biasa, sayangnya Spencer hampir tidak
pernah membaca karya orang lain, dengan alasan bahwa hal itu akan
menodai kemurnian intuisi ilmiahnya. Dan jika pun ia membaca, itu
hanyalah sebagai upaya penegasan atas tesis-tesis dalam karyanya.[5]
Dan akhirnya, Spencer meninggal pada 8 Desember 1903 dalam usia 83 tahun.
b. Teori Evolusi Sosial Herbert Spencer
Selama ini, kita mengenal konsep survival of the fittest dalam teori evolusi biologis Charles Darwin pada buku Origin of Species
(1859), sekaligus menganggapnya sebagai pencetus awal dari konsep ini.
Padahal, sembilan tahun sebelumnya, yakni tahun 1850, Spencer sudah
mencetuskan konsep tersebut dalam bukunya Social Statics, jadi kita boleh curiga bahwa konsep survival of the fittest dalam
evolusi biologis karya Charles Darwin ini mengadaptasi konsep yang sama
oleh Spencer dalam evolusi sosial (atau bisa juga disebut konsep
evolusi universal, karena Spencer nyatanya tidak hanya menyoroti
ranah-ranah sosial, tapi juga berbagai aspek lain termasuk biologis).
Spencer menggunakan konsep survival of the fittest
ini untuk menggambarkan kekuatan fundamental ilmu biologi yang menjadi
dasar perkembangan evolusioner. Konsepsi ini dipengaruhi karya Thomas R.
Malthus mengenai tekanan kependudukan. An essay on the principle of population
(1798). Dalam konsep ini, dipahami bahwa perjuangan untuk bertahan bagi
suatu masyarakat agar menghasilkan keseimbangan karea perubahan yang
terjadi dari keadaan homogen yang tidak terpadu menjadi heterogen yang
terpadu.
Dari
kesamaan konsep yang digunakan dalam evolusi organisme dan sosial, kita
bisa menarik kesimpulan bahwa dalam kehidupan sebagai makhluk biologis
maupun sosial, manusia harus mempunyai daya tahan terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya agar dapat terus mewujud.
Daya tahan di sini, tidak hanya memegang teguh pemikiran atau keadaan
awal dan tak mau menerima pegaruh lain, melainkan lebih kepada
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang dinamis, di mana hal ini tidak
mungkin dicegah maupun ditolak.
Evolusi
sosial adalah serangkaian perubahan sosial dalam masyarakat yang
berlagsung dalam waktu lama, yang berawal dari kelompok suku atau
masyarakat yang masih sederhana dan homogen, kemudian secara bertahap
menjadi kelompok suku atau masyarakat yang lebih maju, dan akhirnya
menjadi masyarakat modern yang kompleks.[6]
Spencer
lebih lanjut mengatakan, evolusi dalam bentuk sederhana hanyalah
merupakan suatu gerak yang hilang dan redistribusi keadaan. Evolusi
terjadi di mana-mana dalam bentuk inorganik seperti astronomi dan
geologi, dan dalam kehidupan organik seperti biologi dan psikologi,
serta kehidupan superorganik seperti sosiologi. Sedang sistem evolusi
umum yang pokok menurut Spencer, adalah:[7]
1. Homogenitas
itu tidak stabil. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar
serta akan kehilangan homogenitasnya karena kejadian setiap insiden
tidak sama besar;
2. Berkembangnya
faktor yang berbeda-beda dalam rasio geometris. Berkembangnya
bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu
keseimbangan saja, yaitu suatu keadaan seimbang yang berhadapan dengan
kekuatan-kekuatan lain;
- Kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segregasi;
- Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Menurut
Spencer, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala
gejala yang muncul dari perilaku manusia secara bersama-sama. Objek
pokok sosiologi, menurutnya adalah keluarga, politik, agama,
pengendalian sosial, industri, asosiasi, masyarakat setempat, pemagian
kerja, lapisan sosial, kesenian, dan keindahan.[8] Dengan objek yang begitu banyak, sosiologi tak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu lain.
Tentang evolusi sosial, Soerjono Soekanto mengkategorikan menjadi tiga, yaitu:[9]
- Unilinear theories of evolution. Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler). Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan Herbert Spencer. Variasi teori ini adalah Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
- Universal theory of evolution. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
- Multilined theories of evolution. Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam masyarakat.
c. Tentangan terhadap Teori Herbert Spencer
Spencer
menekankan pentingnya pendekatan bagi seluruh gejala yang ada serta
meningkatkan pendekatan bagi pengkajian kehidupan sosial. Berbeda dengan
anggapan yang berkembang luas pada masa itu, di mana segala
permasalahan yang ada dihubungkan dengan hal-hal metafisik maupun agama.
Di sini, Spencer menawarkan pendekatan yang bersifat empiris dengan
menggunakan data konkret, yang memisahkan antara agama dan metafisik
dengan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan
saja dengan hasil yang sama.
Pendekatan
empiris ini mendapat banyak tantangan dari pemuka agama karena dianggap
mengesampingkan peran Tuhan. Menanggapi hal itu, Spencer kemudian
melakukan rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama, yang
dilakukan dengan membagi fenomena menjadi dua. Yaitu fenomena yang dapat
dipahami oleh akal, dan fenomena yang tak dapat dipahami akal, yang
masuk dalam dimensi ketuhanan. Pembagian ini diterbitkan dalam buku First Principle pada tahun 1862.
C. PENUTUP
Herbert
Spencer merupakan tokoh pertama yang mencetuskan teori evolusi sosial,
bahkan lebih umum bisa disebut dengan teori evolusi universal guna
menganalisa perkembangan yang terjadi di masyarakat. Tesis Spencer yang
terkenal adalah survival of the fittest, yang berarti bahwa yang
paling kuatlah yang akan tetap bertahan. Kekuatan di sini tidak melulu
menentang perubahan, tapi juga bisa dengan penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Sehingga terjadilah
perubahan struktur masyarakat yang semula homogen tak terpadu, menjadi
heterogen yang terpadu, dengan dinamika sosial yang pula makin kompleks.
Demikian
makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan
selanjutnya, penyusun mohon maaf jika ada banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.
Daftar Pustaka
Horton, Paul B., dan Hunt, Chester L., Sosiologi, Jilid 1 dan 2, Jakarta: Erlangga, 1989
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J., Teori Sosiologi, Bantul: Kreasi Wacana, 2010
__________________________________________________, Teori Sosiologi Modern (Edisi VI), Jakarta: Kencana, 2007
Siahaan, Hotman M., Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 198
Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1990
_______________________, Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat, Jakarta: Ghalia, 1982
Hendra, Najip, “Herbert Spencer, Peletak Dasar Teori Evolusi Universal”, dalam http://ahmadnajip.wordpress.com/xmlrpc.php (diakses 25/03/2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar