Kaitan
Retorika dengan Pidato
BAB I
PENDHULUAN
1.1
Latar belakang
Dalam ketrampilan berpidato, retorika memegang peranan yang
sangat penting untuk kelancaran dan kesuksesan dalam berpidato. Aristoteles di
sekitar abat ke-4 Masehi menampilkan bahwa tujuan dari retorika adalah
persuasi. Yang dimaksud dengan persuasi di sini adalah meyakinkan/mempengaruhi
komonikasi harus meneliti dengan baik-baiknya pokok permasalahan atau materi
yang akan disampaikan, agar dapat dipertanggung jawabkan, sebab apabila seseorang
komonikator menyampaikan/persuasi penangkap pesan (audiens) dengan tidak ada
dasarnya maka cepat atau lambat kesalah itu akan tebongkar.
Menurut I Gusti Ngurah Oka, retorika
adalah ilmu yang mengajarkan tindak atau usah yang efektif dalam persiapan,
penataan dan penampilan tutur untuk membina pengertian dan kerja sama kedamaian
dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagaimana dengan pengertian
retorika yang disampaikan oleh I Gusti Ngurah Oka di atas, penulis merasa
termotivasi untuk mengangkat tema ini. Karena inti dari retorika untuk
mengankat sesorang untuk menjadi seorang komonikator yang mengetahui bagaimana
tekni dan seni baik secara formal maupun secara non-formal sehingga
menghasilkan hasil yang maksimal.
1.2
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka
dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1. bagaimana peranan retorika sehingga
pidato di muka umum menghasilkan sebuah keberhasilan.
2. langkah-langkah apasajakah yang
diperlukan dalam pesiapan pidato.
3. bagaimana teknik dan seni berpidato
di depan umum.
1.3
Ruang Lingkup
Pada pembahasan makalah ini, penulis membatasi permasalahan
pada peranan retorika dalam bidang keterampilan berpidato, penulis membatasinya
demi kejelasan dan adanya spesifikasi sehingga sehingga pembahasannya dapat
dengan jelas dan akurat.
Adapun ruanglingkup pada makalh ini adalah berkaitan dengan
peranan retorika dalam keterampilan berpidato yang meliputi hubungan retorika
dengan pidato peranan retorika dalam berpidato, langkah-langkah berpidato dan
seni berpidato di depan forum.
1.4
Tujuan Dan Manfaat
Setiap tindakan seharusnya disertai dengan tujua, demikian
juga dengan makalah ini, adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. untuk mendiskripsikan peran retorika
dalamberpidato dengan menjelaskan pengertian dari retorika;
2. menjelaskan langkah-langkah yang
khendaknya diempuh dalam persiapan berpidato;
sedangkan
manfaat dari makalah ini, dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
Dilihat dari isi makalah, diambil dari
berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapt ahli dalam bidang bahasa,
sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kalimat secara teoritis. Sehingga bisa dijadikan tambahan
referensi dalam proses belajar mengajar.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu
mengaplikasikan teori-teori retorika sebagimana yang akan dijelaskan dalam bab
pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hubungan Retorika
Dengan Pidato
Retorika dengan pidato memilki hubungan yang sangat erat
sekail, karena sama-sama memiliki pihak lain atau maksud untuk disampaikan
kepada pihak lain. Retorika adalah seni kemampuan menyampaikan pendapat,
mengemukakan gagasan, menyampaikan informasi kepada orang lain secara efektif
dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya baik secaralisan maupun tulis.
Sedangkan pidato adalh berbicara didepan umum untuk tujuan tertentu.Dari
pengertian di atas,maka jelaslah bahwa retorika dengan pidato memilki hubungan
yang sangat erat.
Menurut Aristoteles retorika berarti kemampuan untuk melihat
perangkat alat yang tersedia untuk mempersuasi. Kemapuan dalam pengertian ini
kita tafsirkan sebagai kemapuan unutk memilih dan mengugunakan. Alat perangkat
yang tersedia adalah berupa bahasa dan segala aspeknya. Jadi retorika menurut
Aristoteles kemampuan unutk memilih dan mengunakan bahasa dalam situasi
tertentu secara afektif untuk mempesuasi orang lain.
Dengan demikian komonikasi dapat berjalan secara efektif
setelah orang lain mengetahui, memahami serta menerima pesan atau komonikasi,
sehingga audiens akan menyetujui apa yang dimaksudkan oleh pembicara pesan
dalam komonikasi.
2.2
Peranan Retorika Dalam Berpidato
Dari sejarah dapt pula kita lihat bagaimana pentingnya
retorika bagi kehidupan manusia. Walaupun sebagai ilmu, retorika baru
berkembang sekitar abad ke-XX (retorika sebagai cabang dari ilmu komunikasi),
tetapi retorika suadah diparaktekkan orang sejak zaman yunani kona.
Pada masa itu, retorika merupakan
alat utama untuk memperlancar dan mencaapai tujuan komonikasi. Wakil rakyat
yang duduk di senat adalah mereka yang mahir menggunakan retorika. Begitu besar
peranan retorika waktu itu, akhirnya timbul pendapat yang mengatakan “siapa
yang memilki retorika akan mendapatkan kedudukan dan kekuasaan.” Pada zaman
yunani inilah mulai muncul tulisan-tulisan dan sekolah-sekolah sebagai emberio
bagi perkembangan retorika pada masa berikutnya.
Sebagai pegangan bagi pembaca, dapat
dirumuskan pengertian retorika yaiut suatu ilmu yang menjelaskan tentang
bagaimana teknik seni berbicara di hadapan umum, sehingga oaring senang dan
terarik untuk mendengarkan urain atau pandapat-pendapat yang disampaikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang tadi atau pendengar mengetahui, memahami, menerima serta bersedia
melaksanak segala sesuatu yang disampaikan terhadap mereka.
2.3
Langkah-Langkah Persiapan Pidato
Menurut ada tidaknya persiapan (cara melakukan persiapan),
ada empat macam jenis pidato yaitu impromptu, manuskrip, memoritet, dan
ekstempore (Jalaluddin Rahmat: Hal.17).
1. impromtu
Pidato ini, biasannya disampaikan pada
cara-acara tidak resmi misalnya pesta. Pidato impromptu disampaikan tanpa ada
persiapan dan tidak mengunakan naskah.
2. munuskrip
Pidato ini biasanya menggunakan naskah. Juru
pidato membacakan naskah dari awal sampai akhir. Jenis pidato manuskrip umumnya
digunakan oleh pejabat pemerintah negara atau tokoh-tokoh nasional, namun
pidato ini tetep memerlukan persiapan yang cukup matang.
3. memoriter
Piadato
ini, biasanya juga ditulis kemudian
dalam penyampaian diingat kata demi kata. Langkah-langkah terarah kepada usaha
mengingat isi pesan pidato, disamping persiapan menulis naskah dengan baik.
4. ekstempore
Pidato
inilah yang dikatakan pidato paling baik (dari sudut teori komonikasi). Pidato
ekstempore sering digunakan oleh juru pidato yang mahir. Dalam penyampaian,
juru pidato tidak menggunkan naskah. Oleh karena itulangkah-langkah persiapan
harus dilakukan dengan baik dan matang.
Setiap orang yang kan berbicara di hadapan umum perlu
menyadari suatu pribahasa yang menyatakan “siapa yang baik mimibar tanpa
persiapan, akan turun tanpa kehormatan.” Makna yang terkandung dalam pribahasa
itu adalah apbila seseorang ingin sukses dalam berbicara di depan umum, maka
terleih dahulu ia wajib melkukan berbagai persiapan. Melkukan pekerjaan tanpa
persiapan adalah tindakan yang sis-sia.
Menurut pendapat para ahli komonikasi, langkah-langkah
persiapan itu meliputi 3 hal, yaitu persiapan fisik, persiapan mental, dan
persiapan materi. Ketika bentuk persiapn ini, harus saling terkait satu sama
lain secara sistematis.
2.3.1 Persiapan fisik
Yang dimaksud dengan persiapan fisik ialah usaha-usaha yang
dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima.
Persiapan ini memberikan pengaruh dan danpak yang sangat basar pada penampilan
pibadi sewaktu berbicara di hadapan umum.
Perlunya persiapan fisik adalah
berdasar kepada pribahasa Yunani yang mengatakan “Men Sanna In Corpore Sanna” yang berarti di dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat. Pada hakikatnya, berbicara ialah menyatakan pikiran di hadapan orang
lain. Isi pikiran, akan keluar dengan
sitematis dan teratur apabila kondisi pikiran itu sendiri berada dalam
keadaan normal, pasti di tentukan oleh sehatnya kondisi jasmani kita.
Di sampni kesehatan pikran,
persiapan fisik perlu juga untuk mendukung penggunaan teknik retorika lainnya,
seperti : daya tahan tubuh dalam berbicara, penggunaan pandangan mata,ekspresi
wajah, suara dan gerakan tangan. Bagaimana kita mengeluarkan suara dengan
bagus, kalau kita batuk, dan bagaimana sorotan mata apabila kita dalam keadaan
lemas.
Karena itu lakukan persiapan fisik
dengan sebaik-sebaiknya, dengan menemuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Lakukan olahraga secara teratur dan
kontinu;
2. Hindari makanan-makanan dan minuman
yang berminyak yang dapat merusak atau menggangu tenggorokan;
3. Untuk sementara, usahakan
menghindari berbagai masalah yang tidak ada kaitannya dengan topic pembicaraan.
Rahasinya ialah ganguan masalah lain dapat menimbulkan kecemasan,
kecemasan bisa menimbulkan ketegangan.
Sedangkan ketegangan itu sendiri adalh sumber penyakit bagi manusi. Akibatnya
kita akan tampil di depan umum dengan penuh masalah dan ketegangan;
4. Jangan terlalu tegang sewaktu
melakukan persiapan mental dan persipan materi.
2.3.2 Persiapan Mental
Persiapan
mental adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menimbulkan keberanian dan
kepercayaan kepada diri, sehingga melahirkan perasaan mampu untuk berbicara di
hadapan umum. persiapan mental dilakukan, terutama bagi seorang komonikator
yang baaru memulai pekerjaan sebagai pembicara atau bagi seorang yang ragu-ragu
menyampaikna suatu topic pembicaraan sesuai dengan permintaan panetia acara.
Seorang
yang tidak melaksanakan persiapan mental untuk berbicara di hadapan orang lain.
Biasanya akan mengalami berbagai akibat, seperti : demam panggung, cemas,
khawaitir, ragu-ragu, kahilangan materi bahkan kahilangan suara.
Berikut ini, akan dijelaskan berbagai cara untuk persiapan
mental,
1. Meningkatkan Keimanan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
Meningkatkan
keimanan, berarti meningkatkan kepercayaan dan kayakinan terhadap kebesaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi seorang yang telah kuat imannya, pasti dia
tidak merasa ragu dan takut pada siappun juga, kecuali kepada Tuhan.
Perlu
disadari, meningkatkan keimanan adalah suatu proses, tidak ada orang yang
begitu ingat Tuhan lansung kuat imannya, kecuali atas kehendak-Nya. Untuk itu,
lakukan proses ini secara rutin, walau belum ada kesempatan memberikan ceramah,
caranya, anata lain :
a. Laksnakan ibadah dengan
sungguh-sunguh dan kontinu;
b. Bacalah buku-buku yang berkaitan
dengan agama, kemudian renungkan berulang-ulang;
c. Sering bertanya atau
berbincang-bncang dengan orang yang sudah mapan dalam menjalankan ajaran agama;
d. Selalu malakukan introspeksi diri.
2. Meningkatkan Akhlak
Disamping
berupaya meningkatkan iman, kita juga perlu meningkatkan akhlak. Terutam dalam
bergaul dengan manusia lain. Orang memiliki akhlak dan moral yang terpuji,
pasti akan menjadi panutan bagi orang banyak. Dirnyaakan mengeluarkan cahaya
yang mampu mempengaruhi orang lain. Bicara pasti didengar orang. Sikap dan
prilakunya akan dicontoh, dan pendapat yang disampaikannya akan menjadi
pegegangan bagi masyarakat.
Menurut
ahli retorika, bila kita mempunyai moral yang tinggi berarti kita
memilikikredibilitas unyuk tampil di tempat umum. Mungkinkah pembicaraan kita
didengar oleh orang lain ? kita sebagai penceramah tidak pernah
melaksanankannya. Oleh sebab itu berusahalah mempertinggi ahlak dan moral agar
bisa menjadi seorang orator yang disegani dan dihormati masyarakat.
3. Malukukan Dialog Dengan Diri Sendiri
Di
sampni langkah di atas, kita hrus pula melakukan langkah ini dalam rangka
persiapan mental. Caranya, dengadakan Tanya jawab dengan diri sendiri. Menurut
Dale Carneige dalam bukunya : “How
developselef convidence and influence people by public speaking,” persiapan
yang sesungguhnya bukan hanya menulis di atas kertas apa yang akan diucapkan
dalam suatu pidato. Kalo kita sendiri belum merasa yakin kebenaran apa yang
kita bicarakan dan kurang penghargaan terhadap apa yang akan diucapkan. Maka di
tangah jalan kita akan kehilangan keseimbangan dan gugurlah selurh kekuatan
kita.
Langkah
persiapan mental tidak hanya ditunjukan kepada orang-orang yang baru memulai
profesi sebagai pembicara, melainkan juga bagi mereka yang sudah terbiasa
menjadi penceramah. Pernyataan ini penulisan meyampaikan dengan alas an, tidak
ada orang yang tidak memilki perasaan ragu dan takut, jika diminta berbicara di
depan umum. sebab pembicara yang professional akan selalu berhadapan dangan
mendengar yang berlainan situasi dan kondisi baik pangkat, status maupun
jabatan.
2.3.3
Persiapan Materi
Yang
dimaksud dengan persiapan materi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
menguasai materi yang akan disampaikan dihadapan forum dengan sintesisi,
teratur, luas dan mendalam.
Menurut Gentasari Anwar, SH. Langkah persiapan materi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Jika topik yang dibicarakan belum
ada atau diserahkan panetia kepada kita, maka sebagai langkah pertama kita
harus merumuskan topik terlebih dahulu. Ada beberapa criteria unutk menentukan
topik yang baik, yaitu :
a. Topik harus sesuai dengan tujuan arah
(pertemuan) dalam hal ini, kita harus memilih topik. Jangan sampai terjadi,
topik yang kita sampaikan menyimpang darit tujuan. Kita angakat meningkatkan
wawasan generasi muda, jangan mengangkat topik yang menyudut generasi muda.
b. Topik harus sesuai dengan
perkembangan zaman atau masyarakat. Tujuan topik itu seperti ini adalah unutk
menarik minat masyarakat Karen topik yang baru akan dibutuhkan oleh kebanyakan
orang.
c. Topik harus sesuai deang pengetahuan
perndengar. Betapa baguspun topik yang kita bicarakan apabila tidak sesuai
dengan pengetahuan pendengar. Topik itu, tidak hanya membingungkan melainkan
pendengar akan merasa bosan.
d. Topik tidak terlalu luas, jika topic
yang kita angkat terlalu luas, maka pendengar tidak mendapat ulasan yang
mendalam.
e. Topik harus sesuai dengan latar
belakang pendengar.
Sebagai langkah kedua, tetapkan
judul pembicaraan, judul ialah nama yang diberikan unutk topik atau pembahsan.
Syarat sebagai judul yang baik sebagai berikut.
a. Relevan terhadap topik
b. Menimbulkan hasrat ingin tahu dan
c. Mudah diingat oleh pendengar
2. Sesudah topik dan judul ditetapkan
atau talah disediakan panetia, lalu priksalah pengetahuan yang berada pada diri
kita sendiri.
3. Jika belum merasa menguasai materi
secara luas dan mendalam. Kumpulkan berbagai buku dan tulisan-tulisan yang
berhubungan topik yang kita akan bicarakan dan bila perlu bertanya kepada
oaring ahli di bidang itu.
4. Baca dan pelajari buku dan tulisan
tadi dengan sitematis. Jangan luapa memparhatikan teknik membaca yang akurat.
5. Usahakan pola pikir yang kita
gunakan dalam mempelajari bahan-bahan tadi adalah pola pikir filsafat.
6. Selanjutnya, tulis materi pidato
selengkap-lengkapnya dan anggapan tulisan inilah yang akan disajikan secara
utuh di hadapan umum.
7. Bacalah tulisan tadi berulang-ulang,
sampai kita betul-betul mengerti memahami, menghayati dan menguasai dengan
baik.
Sesudah langkah-langkah persipan sebagai mana diuraikan di
atas dianggap memadai, maka menjelang tampil di depan umum jangan lupa mohon
petunjuk dari tuhan yang maha esa. Bila dilakukan dengan keyakinan penh,
percayalah akan ada bimbingan dari tuhan baik dalam bentuk ketenangan, kekuatan
lindungan maupun petunjuk berupa ilham.
2.4 Seni Berbicara Di Depan Umum \
Dalam suatu ceram atau pidato proses
komonikasi ada tiga, yaitu :
1. Membangkitkan minat atau pendengar;
2. Mengikat perhatian pendengar selama berbicara;
3. Membarikan materi secara sistematis, teratur, terarah, luas
dan mendalam.
Agar peran itu dapat dilaksanakan
dengan baik seorang pembicara perlu mengetahui dan memilki seni berbicara yang
efektif dan efsien.
2.4.1
sebelum tampil di depan umum
sebelum tampil di depan umum,
sebagai pembicara kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. sikap dan pakaian
Kita harus sadar kita yang dipilih akan menjadi pusat
perhatian, dengan kata lain tidak perhatian peserta saja yang tertuju kepada
kita, tetapi juga pihak panetia (penilaian panetia terlalu bagi keberadaan kita
selanjutnya).
Untuk itu, kita harus
menujukan sikapa yang simpatik (tanang, serius dan sungguh-sunguh).
Jangan sekali-kali kita merasa ragu, takut, cemas, atau sombong dan janggan
pikrkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan.
2. situasi dan kondisi
Ada beberapa hal yang perlu menjadi
perhaian tentang situasi dan kondisi umum tempat kita bicara yaitu :
kalau kita berbicara dalam ruangan
tetutup, sedang dan cukup udara, kita bicara dengan santai, tanang dan tidak
perlu menggunakan emosi tinggi pada awal-awal ceramah.tetapi, jika kita
berbicara dalam ruangan yang luas dan pengap udara. Kita terpaksa sedikit
mengeraskan suara dan menggunakan emosi sejak pembicaraan.
Perlu diketahui siapa pendengar
kita, apakah mereka heterogen atau homogen. Untuk itu, perhatikan jenis
kelamin, kedudukan, setatus social, pekerjaan maupun agama mereka. Ini sangat
perlu menjadi perhitungan kalua tidak ingin gagal dalam berpidato.
2.4.2
Penampilan di hadapan umum
Selama kia tampil di depan umum, hal-hal yang perlu menjadi
perhatian adalah sebagai berikut :
1. sikap badan (cara berdiri)
Sikap badan selama berdiri (terutama pada awal pembicaraan),
uasahakan sikap badan yang wajar dan berwibawa, seperti :
a. Duduk dengan tenang dan punggung
harus tegam (kalau berbicara pada posisi duduk).
b. Berdiri dengan tenang dan posisi
punggung tegak (kalau berbicara sambil berdiri/di depan mimbar).
c. Tampil bersemangat dan tidak lesu.
d. Jangan terlalu banyak bergerak tanpa
tujuan (memegang mikrofon. meriggaruk kepala dan lain-lain).
e. Berdiri pada posisi yang jelas,
hingga tampak oleh semua hadirin.
f. Jangan terlalu sering menghadap pada
panitia atau moderator (jika ada).
g. Usahakan sikap badan pada awal
pembicaraan’ dan sesuaikan dengan penghayatan materi selama penyajian.
2. Prinsip dan Teknik Pendahuluan
Pendahuluan
adalah bagian yang sangat penting dan suatu ceramah atau pidato. sebab pada
masa mi upaya membangkitkan minat harus dilakukan oleh pembicara. Kalau minat
peserta sudah muncul. besar kemungkinan pembicara akan berhasil. Karena itu,
pada pendahuluan perlu disampaikan hal-hal sebagai berikut:
a. Ucapan salam
b. Penghormatan
c. Ucapan puji Syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa
d. Ucapan terima kasih kcpada
Panitia/MC
e. Perkenalan
f. Penyampaian topikljudul serta
manfaatnya bagi peserta (forum).
Di
sini kesempatan bagi kita untuk membangkitkan minat pendengar. Caranya ialah:
a. Jelaskan pentingnya atau manfaat
materi yang disajikan pada peserta dengan meyakinkan (menggunakan dorongan
kebutuhan manusia).
b. Berikan kebutuhan harga din yang
diharapkan peserta.
c. Gunakan dorongan ingin tahu dan
peserta sebagai sifat dasar manusia.
3. Seni Menarik/Mengikat Perhatian
Sehubungan
dengan itu. seorang pembicara perlu memperhatikan hal-
hal
berikut ini:
a.
Menyaji hal-hal yang baru, aneh atau
luar biasa
b.
Menyajikan hal-hal yang lucu (humor)
c.
Menyajikan hal-hal yang sesuai
dengan kebutuhan atau pengalaman kebanyakan peserta.
d.
Pandangan mata
e.
Air muka (ekspresi) dan gerakan
tangan
f.
Emosional
g.
Membuat Citra.
4. teknik mengunakan bahasa/kata-kata
Bahasa
dan kata-kata atau kalimat merupakan alat utama yang digunakan komunikator
dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. sebab bahasa/kata-kata adalah
lambang pengertian dan gagasan-gagasan yang terdapat dalarn pikiran nianusia.
Karena itu, suatu proses komunikasi baru akan berlangsung dengan efektif dan
efisien, apabila terjadi persamaan persepsi atas lambang-lambang bahasa yang
dioperkan si komunikator kepada kornunikan.
Sehubungan
dengan itu, seorang pembicara sangat perlu mengetahui bagaimana cara
nienggunakan bahasa/kata-kata dengan baik dan tepat, agar tidak terjadi apa
yang disebut dengan kegagalan komunikasi.
Caranya
adalah:
a. Pilihlah kata-kata atau bahasa yang
tepat dan benar sehingga bisa dimengerti oleh pendengar.
b. Jangan gunakan kata-kata atau
istilah yang tidak dimengerti pendengar.
c. Kalau perlu juga menggunakan
istilah, harus dijelaskan artinya kepada peserta.
d. Gunakan tata bahasa yang benar dalam
menyampaikan kalimat-demi kalimat, agar mudah dipahami.
e. Kata-kata yang diucapkan harus jelas
dan bersih, maksudnya, jangan sampai kabur huruf-huruf yang diucapkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
yang yang dimaksud dengan retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak atau
usaha yang efektif dalam persiapan, penataan dan penampilan tutur untuk membina
pengertian dan kerja sama kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.Retorika
memilki hubungan yang sangar erat dengan pidato, karena sama-sama meilki pihak
atau tujuan yang sama yaitu menyampaikan pesan kepada orang laian dengan
mengugunakan bahasa.
Sebelum kita berpidato, perlu kita memperhatikan jenis-jenis
pidato yang kita akan pilih seperti, impromptu, manuskrip, memoriter,
ekstempore. Kita harus melihat situasi dan benruk acara apa tempat kita tampil.
Selain dari hal itu, kita harus melkukan persiapan fisik,
mental persiapan materi untuk memantapkan penampilan kit, ketika tampila di
depan umum. misalanya selau berolahraga, memilih makanan yang kita makan,
selalu belajara, mendekatakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, menyiapkan
materi dan banyak hal lain yang perlu diperhatikan.
Begitu juga halnya , ketika sudah tampil di depan umum kita
perlu memperhaikan teknik-teknik dan berpidato. Seprti halnya melihat
penampilan kita apakah sudah pasa, pakaian kaondisi fisik, mental maupun
spiritual kita.
3.2
Saran
Penulis
ingin memberikan saran kepada para komonikator yang akan berpidato di depan
umum agar memperhatikan dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan hal yang
akan terjadi sebelum dan ketika berpidato di depan umum.
DAFTAR
PUSTAKA
BA
Martaya, Widya. 1980. Kereatif Berbicara.
Bandung : Kanisius
Cahulsun, Umi dan Windi, Novia. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Kashiko.
Guntur
tarigan, henry. 1981. Kecakapan Berbicara.
Bandung : Angkasa.
Kumpulan
materi kuliah berbicara semester II 2009.
Yadin,
Mul. 2007. Maklah Peranan Berbicara Dalam Pidato.Mataram.
M. moeliono, Anton. 2003. Tata bahasa baku bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Musaddat, syaiful. 2006. Aplikasi
Bahasa Indonesia. Mataram : Mataram University Press.
Nuriadi, 2008. Teknik
Jitu Menjadi Pembaca Terampil. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramlan, M. 1991. Pengelolaan Kata. Yogyakarta: CV Karyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar